Selasa, 16 September 2014

POSYANDU (POS PELAYANAN TERPADU)



LATAR BELAKANG LAHIRNYA POSYANDU

Untuk mempercepat terwujudnya masyarakat sehat yang merupakan bagian dari kesejahteraan umum, seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945, Departemen Kesehatan pada tahun 1975 menetapkan kebijakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) dengan tujuan agar masyarakat dapat menolong dirinya sendiri, melalui pengenalan dan penyelesaian masalah kesehatan yang dilakukan bersama petugas kesehatan secara lintas program dan lintas sektoral terkait. Diperkenalkannya PKMD pada tahun 1975 mendahului kesepakatan internasional tentang konsep yang sama, yang dikenal dengan nama Primary Health Care (PHC), seperti yang tercantum dalam Deklarasi Alma Atta pada tahun 1978.

Pada tahap awal, kegiatan PKMD yang pertama kali diperkenalkan di Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah diselenggarakan dalam berbagai bentuk. Kegiatan PKMD untuk perbaikan gizi, dilaksanakan melalui Karang Balita, sedangkan untuk penanggulangan diare, dilaksanakan melalui Pos Penanggulangan Diare, untuk pengobatan masyarakat di pedesaan melalui Pos Kesehatan, serta untuk imunisasi dan keluarga berencana, melalui Pos Imunisasi dan Pos KB Desa.

Perkembangan berbagai upaya kesehatan dengan prinsip dari, oleh, dan untuk masyarakat yang seperti ini disamping menguntungkan masyarakat karena memberikan kemudahan bagi masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan, ternyata juga menimbulkan berbagai masalah, antara lain pelayanan kesehatan menjadi terkotak-kotak, menyulitkan koordinasi serta memerlukan lebih banyak sumber daya.

Untuk mengatasinya, pada tahun 1984 dikeluarkanlah Instruksi Bersama antara Menteri Kesehatan, Kepala BKKBN, dan Menteri Dalam Negeri, yang mengintegrasikan berbagai kegiatan yang ada di masyarakat ke dalam satu wadah yang disebut dengan nama Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Kegiatan yang dilakukan, diarahkan untuk lebih mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi, yang sesuai konsep GOBI-3 F (Growth Monitoring, oral Rehydration, Breast Feeding, Immunization, Female Education, Family Planning, and Food Suplementation) untuk Indonesia diterjemahkan ke dalam 5 kegiatan Posyandu, yaitu : KIA, KB, Imunisasi, Gizi, dan Penanggulangan Diare.

Pencanangan Posyandu yang merupakan bentuk baru ini, dialkukan secara missal untuk pertama kali oleh Kepala Negara Republik Indonesia pada tahun 1986 di Yogyakarta, bertepatan dengan peringatan Hari Kesehatan Nasional. Sejak saat itu Posyandu tumbuh dengan pesat. Pada tahun 1990, terjadi perkembangan yang sangat luar biasa, yakni dengan keluarnya Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) No 9 Tahun 1990 tentang Peningkatan Pembinaan Mutu Posyandu. Melalui instruksi ini, seluruh kepala daerah ditugaskan untuk meningkatkan pengelolaan mutu Posyandu. Pengelolaan Posyandu dilakukan oleh satu Kelompok Kerja Operasional (Pokjanal) Posyandu yang merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dengan Pemerintah Daerah (Pemda).

LANDASAN HUKUM
1.             UUD 1945, pasal 28 H ayat 1 dan UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
2.             PP No 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai daerah otonom.
3.             PP No 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
4.             Surat Edaran Mendagri No 411.3/1116/SJ/tahun 2001 tentang Revitalisasi Posyandu.
5.             UU No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
6.             Kepmenkes RI No 1457 tahun 2003 tentang Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kab/Kota.
7.             UU No 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
8.             UU No 33 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Pemerintahan Daerah.
9.             PP No 8 tahun 2003 tentang Organisasi Perangkat Daerah.
10.         Kepmenkes RI No 128 tahun 2004 tentang Kebijakan Dasar Puskesmas.
11.         Kepmenkes RI No 131 tahun 2004 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
12.         UU No 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.
13.         PP No 7 tahun 2005 tentang RPJMN.

PENGERTIAN POSYANDU :
Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masayarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

TUJUAN UMUM :
Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

TUJUAN KHUSUS :
a)             Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
b)             Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
c)             Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

SASARAN :
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, terutama : Bayi, Anak Balita, Ibu Hamil, Ibu Melahirkan, Ibu Nifas, dan Ibu Menyusui serta Pasangan Usia Subur (PUS).

FUNGSI :
a.              Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari petugas kesehatan kepada masyarakat dan antar sesame masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI dan AKB.
b.             Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.

MANFAAT :
a.              Bagi Masyarakat :
a)         Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB.
b)        Memperoleh bantuan secara professional dalam pemecahan masalah kesehatan teruatama terkait kesehatan ibu dan anak.
c)         Efisiensi dalam mendaptkan pelayanan terpadu kesehatan dan sektor terkait lainnya.
b.             Bagi Kader, Pengurus Posyandu, dan Tokoh Masyarakat :
a)         Mendapatkan informasi terdahulu tentang upaya kesehatan yang terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
b)        Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan masalah kesehatan terkait dengan penurunan AKI dan AKB.
c.              Bagi Puskesmas :
a)         Optimalisasi fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan masyarakat, pusat pelayanan kesehatan strata pertama.
b)        Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan sesuai kondisi setempat.
c)         Meningkatkan efisiensi waktu, tenaga, dan dana melalui pemberian pelayanan secara terpadu.
d.             Bagi Sektor Lain :
a)         Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah sektor terkait, utamanya yang terkait dengan upaya penurunan AKI dan AKB sesuai kondisi setempat.
b)        Meningkatkan efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan Tupoksi masing-masing sektor.

KEGIATAN UTAMA :
A.    Kesehatan Ibu dan Anak :
1.        Ibu hamil :
Pelayanan yang diselenggarakan : penimbangan berat badan, pemberian tablet besi yang dialkukan oleh kader. Jika ada petugas ditambah dengan pengukuran tekanan darah, dan pemberian imunisasi TT. Bila tersedia ruangan pemeriksaan, ditambah dengan pemeriksaan usia kehamilan. Apabila ditemukan kelainan segera dirujuk ke Puskesmas.
Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan kelompok ibu hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari sesuai dengan kesepakatan. Kegiatan tersebut antara lain : penyuluhan (tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui, KB, dan gizi), perawatan payudara dan pemberian ASI, peragaan pola makan ibu hamil, peragaan perawatan bayi baru lahir, senam ibu hamil.
2.        Ibu nifas dan menyusui :
Pelayanan yang diselenggarakan : penyuluhan kesehatan (KB, ASI, dan gizi ibu nifas, perawatan kebersihan jalan lahir), permberian vit A dan tablet besi, perawatan payudara, senam ibu nifas.
Jika ada petugas, dan tersedia ruangan dialkukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara, pemeriksaan fundus dan pemeriksaan lochia. Apabila ditemukan kelainan segera dirujuk ke Puskesmas.
3.        Bayi dan anak balita :
Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembang anak. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan orang tua di bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita.
Jenis pelayanan yang diselenggarakan : penimbangan berat badan, penentuan status pertumbuhan, penyuluhan, jika ada petugas dilakukan pemeriksaaan kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kemabng. Apabila ada kelainan segera dirujuk ke Puskesmas.
B.     Keluarga Berencana :
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader adalah pemberian kondom dan pemberian pil ualangan. Jika ada tenaga kesehatan/Puskesmas dilakukan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang dialkukan pemasangan IUD.
C.      Imunisasi :
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada petugas kesehatan/Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaiakn dengan program, baik terhadap bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil.
D.     Gizi :
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasarannya adalah bayi, balita, ibu hamil, dan WUS. Jenis pelayanan yang diberikan meliputi : penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian PMT, pemberian vit A dan Fe. Khusus untuk ibu hamil dan nifas ditambah dengan pemberian tablet besi serta kapsul yodium untuk yang bertempat tinggal di daerah gondok endemik. Apabila setelah 2 kali penimbangantidak ada kenaikan berat badan segera dirujuk ke Puskesmas.
E.     Pencegahan dan Penanggulangan Diare :
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan antara lain dengan penyuluhan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan antara lain : penyuluhan, pemberian larutan gula garam yang dapat dibuat sendiri atau pemberian oralit yang disediakan.

KEGIATAN PENGEMBANGAN/TAMBAHAN :
Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan posyandu dengan kegiatan baru di samping 5 kegiatan utama yang telah ditetapkan. Kegiaatn baru tersebut misalnya : perbaikan kesehatan lingkugan, pemberantasan penyakit menular, dan berbagai pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu yang seperti ini disebut dengan nama Posyandu Plus.

Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiaatn utama telah dilaksanakan dengan baik, dalam arti cakupannya diatas 50 % serta tersedia sumber daya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat yang tercermin dari hasil Survey Mawas Diri (SMD) dan disepakati bersama melalui forum Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).

Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain : Bina Keluarga Balita (BKB), PAUD, TOGA, Tabulin, UKGMD, dll.


Referensi :
Departemen Kesehatan RI. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu.

Rabu, 09 Oktober 2013

MAKALAH KESEHATAN


UPAYA PENINGKATAN PENGETAHUAN REMAJA
TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL (PMS)
DAN HIV / AIDS MELALUI PENYULUHAN
DI SMP / MTs DAN SMA / MA
KECAMATAN BATANGAN
TAHUN 2013




Disusun oleh :

Anik Nur Wahyuni, S.KM

NIP 19810622 201001 2 018





BAB I

PENDAHULUAN

A.                LATAR BELAKANG
Masa remaja sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa terjadi perubahan dalam hal fisik maupun psikis. Perubahan-perubahan tersebut dapat menyebabkan kekacauan batin pada remaja. Hal ini menyebabkan remaja dalam kondisi rawan pada pengaruh buruk lingkungan, apalagi diperberat dengan adanya globalisasi. Dari proses perkembangan remaja yang begitu rawan dan penuh resiko, maka perlu adanya pendidikan kesehatan di sekolah, terutama sekolah menengah pertama. Karena masa-masa tersebut termasuk dalam kategori masa remaja tengah (usia 14-16 tahun) yang perlu mendapat perhatian khusus dari berbagai pihak.
Kasus PMS dan HIV/AIDS cukup banyak terjadi di kalangan remaja, apabila remaja tersebut telah aktif secara seksual (melakukan hubungan seksual) dengan orang yang beresiko terkena penyakit tersebut. Terutama kasus HIV/AIDS seperti “fenomena gunging es” yang nampak hanyalah permukaan belaka padahal kasus yang sesungguhnya justru jauh lebih besar. Remaja sebagai generasi penerus bangsa haruslah dibekali pendidikan kesehatan sejak dini terutama mengenai remaja dan permasalahannya, agar mereka tidak terjebak ke dalam hal-hal yang dapat merusak diri mereka sendiri.
Salah satu program promosi kesehatan di Puskesmas Batangan melalui BOK tahun 2013 adalah penyuluhan HIV/AIDS pada usia remaja di sekolah (SMP/MTs DAN SMA/MA) selama 5 kali kegiatan. Diharapkan melalui kegiatan tersebut bisa membantu remaja untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatannya.
B.                 PERUMUSAN MASALAH
Dari analisa di atas maka perumusan masalah adalah “Apakah dengan penyuluhan dapat meningkatkan pengetahuan remaja tentang PMS dan HIV/AIDS ?”      
C.                TUJUAN
1.         Tujuan Umum :
Meningkatkan pengetahuan remaja tentang PMS dan HIV/AIDS.
2.         Tujuan Khusus :
a.       Meningkatkan pengetahuan remaja tentang tanda atau gejala, bahaya yang ditimbulkan, cara penularan dari PMS dan HIV/AIDS.
b.      Meningkatkan pengetahuan remaja tentang upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan dari PMS dan HIV/AIDS.

D.                MANFAAT
1.         Bagi Instansi/Puskesams:
Memberikan informasi yang berguna dalam hal kebijaksanaan yang berkaitan dengan remaja dan permasalahannya.
2.         Bagi Remaja/Siswa:
Sebagai bahan informasi tambahan mengenai pengetahuan PMS dan HIV/AIDS serta permasalahannya.



BAB II
PEMBAHASAN

A.                PMS
1.         Pengertian PMS
Penyakit Menular Seksual (PMS) merupakan penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual atau hubungan kelamin.
Kemungkinan seseorang tertular penyakit ini akan lebih besar bila melakukan hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan.
2.         Jenis-jenis PMS
Di Indonesia dapat ditemui berbagai jenis PMS, adapun yang perlu diketahui antara lain :
1)    Syphilis (Raja Singa)
Kuman penyebabnya disebut Treponema Pallidum. Masa tanpa gejala berlangsung 3-4 minggu, kadang-kadang sampai 13 minggu. Kemudian timbul benjolan di sekitar alat kelamin. Kadang-kadang disertai pusing-pusing dan nyeri tulang seperti flu, yang akan hilang sendiri tanpa diobati. Ada bercak kemerahan pada tubuh sekitar 6-12 minggu setelah hubungan seks. Gejala ini akan hilang dengan sendirinya dan seringkali penderita tidak memperhatikan hal ini.
Selama 2-3 tahun pertama penyakit ini tidak menunjukkan gejala apa-apa, atau disebut masa laten. Setelah 5-10 tahun penyakit sifillis akan menyerang susunan syaraf otak, pembuluh darah dan jantung. Pada perempuan hamil sifillis dapat ditularkan kepada bayi yang dikandungnya dan bisa lahir dengan kerusakan kulit, hati, limpa dan teterbelakangan mental.
2)    Gonore/GO (Kencing Nanah)
Kuman penyebabnya adalah Neisseria Gonorrhoe. Ada masa tenggang selama 2-10 hari setelah kuman masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seks.
Tanda-tanda penyakitnya adalah nyeri, merah, bengkak dan bernanah. Gejala pada laki-laki adalah rasa sakit pada saat kencing,keluarnya nanah kental kuning kehijauan, ujung penis tampak merah dan agak bengkak. Pada perempuan, 60% kasus tidak menunjukkan gejala. Namun ada juga rasa sakit pada saat kencing dan terdapat keputihan kental berwarna kekuningan.
Akibat penyakit GO, pada laki-laki dan perempuan, seringkali berupa kemandulan. Pada perempuan bisa juga terjadi radang panggul, dan dapat diturunkan kepada bayi yang baru lahir berupa infeksi pada mata yang dapat menyebabkan kebutaan.
3)    Herpes Genitalis
Penyakit yang disebabkan oleh virus Herpes Simplex dengan masa tenggang 4-7 hari sesudah virus masuk ke dalam tubuh melalui hubungan seks.
Gejala dan tanda-tandanya adalah :
a.    Bintil-bintil berair (berkelompok seperti anggur) yang sangat nyeri pada sekitar alat kelamin
b.   Kemudian pecah dan meninggalkan luka yang kering mengerak, lalu hilang sendiri
c.    Gejala kambuh lagi seperti di atas namun tidak senyeri tahap awal bila ada factor pencetus (stress, haid, minuman/makanan berakohol) dan biasanya menetap hilang timbul seumur hidup
Pada perempuan, seringkali menjadi kanker mulut rahim beberapa tahun kemudian. Penyakit ini belum ada obat yang benar-benar mujarab tetapi pengobatan anti virus bisa mengurangi rasa sakit dan lamanya episode penyakit.
4)    Klamidia
Penyakit ini disebabkan oleh Chlamydia Trachomatis. Masa tanpa gejala berlangsung 7-21 hari. Gejalanya adalah timbul peradangan pada alat reproduksi laki-laki dan perempuan.
Pada perempuan, gejalanya bisa berupa :
a.    Keluarnya cairan dari alat kelamin atau “keputihan encer” berwarna putih kekuningan
b.   Rasa nyeri di rongga panggul
c.    Perdarahan setelah hubungan seksual
Pada laki-laki gejalanya adalah :
a.    Rasa nyeri saat kencing
b.   Keluar cairan bening dari saluran kencing
c.    Bila ada infeksi lebih lanjut, cairan semakin sering keluar dan bercampur darah
Tidak jarang pula, gejala tidak muncul sama sekali, padahal proses infeksi sedang berlangsung. Oleh karena itu penderita tidak sadar sedang menjadi pembawa IMS dan menularkannya kepada pasangannya melalui hubungan seksual.
Akibat terkena Klamidia pada perempuan adalah cacatnya saluran telur dan kemandulan, radang saluran kencing, robeknya saluran ketuban sehingga terjadi kelahiran bayi sebelum waktunya (prematur). Sementara pada laki-laki akibatnya adalah rusaknya saluran air mani dan mengakibatkan kemandulan, serta radang saluran kencing. Pada bayi, 60%-70% terkena penyakit mata atau saluran pernafasan (pneumonia).
5)    Trikomoniasis Vaginalis
Trikomoniasis adalah IMS yang disebabkan oleh parasit Trikomonas Vaginalis.
Gejala dan tanda-tandanya adalah :
a.    Cairan vagina encer, berwarna kuning kehijauan, berbusa dan berbau busuk
b.   Vulva agak bengkak, kemerahan, gatal dan terasa tidak nyaman
c.    Nyeri saat berhubungan seksual atau saat kencing
6)    Kandidiasis Vagina
Kandidiasis vagina merupakan keputihan yang disebabkan oleh jamur Candida Albicans. Pada keadaan normal, jamur ini terdapat di kulit maupun di dalam liang kemaluan perempuan. Tetapi pada keadaan tertentu jamur ini meluas sedemikian rupa sehingga menimbulkan keputihan.
Gejalanya berupa keputihan berwarna putih susu, bergumpal, disertai rasa gatal panas dan kemerahan pada kelamin dan di sekitarnya.
Penyakit ini tidak selalu tergolong IMS, tetapi pasangan seksual dari perempuan yang terinfeksi jamur ini dapat mengeluh gatal dengan gejala bintik-bintik kemerahan di kulit kelamin.
7)    Kutil Kelamin
Penyebanya adalah Human Papiloma Virus (HPV) dengan gejala yang khas yaitu terdapat satu atau beberapa kutil di sekitar kemaluan.
Pada perempuan, dapat mengenai kulit di daerah kelamin sampai dubur, selaput lender bagian dalam liang kemaluan sampai leher rahim. Bila perempuan hamil, kutil dapat tumbuh sampai besar sekali. Kutil kelamin kadang-kadang bisa mengakibatkan kanker leher rahim atau kanker kulit di sekitar kelamin.
Pada laki-laki mengenai alat kelamin dan saluran kencing bagian dalam. Kadang-kadang kutil tidak terlihat sehingga tidak di sadari. Biasanya laki-laki baru menyadari setelah ia menulari pasangannya.
Sampai sekarang belum ada obat yang dapat secara tuntas menyembuhkan kutil kelamin. Pengobatan hanya sampai pada tahap menghilangkan kutilya saja.
3.         Tanda atau Gejala PMS
Tanda atau gejala PMS bisa dilihat atau tergantung dari jenis penyakitnya. Secara umum yang dapat dirasakan adalah :
1)    Ada cairan yang keluar dari penis, vagina, atau dubur
2)   Terasa perih atau panas sewaktu buang air kecil dan ketika melakukan hubungan seks
3)   Nyeri di perut bagian bawah (wanita), buah pelir (laki-laki)
4)   Melepuh, lecet, kutil, ruam dan/atau pembengkakan di sekitar kelamin dan/atau mulut
5)   Demam, pusing, nyeri otot, pembengkakan kelenjar
4.         Penyebaran PMS
PMS dapat menyebar luas karena :
1)   Sering berganti pasangan
2)   Memiliki lebih dari pasangan seksual
3)   Berhubungan seksual dengan pasangan seksual yang tidak dikenal (WTS, PTS, dan pelanggannya)
4)   Tetap melakukan hubungan seksual meskipun telah menderita PMS
5)   Berhubungan seksual dengan penderita PMS
6)   Tidak menggunakan alat pelindung bila berhubungan seksual dengan penderita PMS
Remaja, baik laki-laki maupun perempuan dapat tertular PMS apabila remaja tersebut “terjebak” dalam pengaruh buruk lingkungan (pergaulan bebas atau “seks bebas”) dan melakukan hubungan seksual dengan orang-orang yang beresiko terkena PMS seperti WTS dan langganannya atau orang yang pernah berhubungan dengan WTS.
5.         Diagnose dan Pengobatan PMS
Kendala yang dihadapi dalam diagnosis PMS yang tepat adalah keterbatasan tenaga pemeriksaan laboratorium, keterbatasan pengadaan peralatan dan biaya operasional, keterbatasan sensitivitas pemeriksaan, dan keterbatasan jangkauan laboratorium yang hanya untuk beberapa PMS saja, sementara etiologi PMS sangat banyak serta banyaknya infeksi ganda.
Untuk mengatasi hal-hal tersebut, bagi negara berkembang WHO  telah memperkenalkan dan menganjurkan penggunaan pendekatan sindrom untuk mendiagnosa PMS.
Pendekatan sindrom PMS adalah penatalaksanaan kasus PMS berdasarkan gejala klinis yang ditemukan dan dilanjutkan dengan pengobatan yang tepat guna   terhadap penyebab utama gejala klinis tersebut walaupun tanpa dukungan pemeriksaan laboratorium. Pendekatan sindrom terhadap keluarnya cairan abnormal dari alat kelamin dan terjadinya luka pada alat genital pria maupun perempuan telah terbukti menghasikan tingkat penyembuhan yang tinggi dan “Cost Effective”
6.         Pencegahan PMS pada Remaja
PMS pada remaja dapat dicegah dengan :
1)    Tidak melakukan hubungan seksual sebelum menikah
2)   Banyak melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, seperti: olah raga, menari, menyanyi, main music, dll
3)   Meningkatkan iman dan taqwa

B.                 HIV/AIDS
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency Syndrome. Penyakit ini kumpulan gejala akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang terjadi karena seseoarang terinfeksi virus HIV. HV sendiri adalah singkatan dari Human Immuno Virus.orang yang terinfeksi oleh virus ini tidak dapat mengatasi serbuan infeksi penyakit lain karena system kekebalan tubuhnya menurun terus secara drastis.
1.    Penularan HIV
HIV terdapat pada seluruh cairan tubuh manusia, tetapi yang bisa menularkan hanya yang terdapat pada sperma (air mani), darah, dan cairan vagina.
Cara-cara penularannya adalah sebagai berikut :
a.    Berganti-ganti pasangan seksual, atau berhubungan dengan orang yang positif terinfeksi virus HIV
b.    Pemakai jarum suntik bekas orang yang terinfeksi virus HIV
c.    Menerima transfusi darah yang tercemar HIV
d.   Ibu hamil yang terinfeksi virus HIV akan menularkannya ke bayi dalam kandungannya
2.    Kelompok Resiko Tinggi
a.    Mereka yang melakukan hubungan seks yang tidak aman, termasuk tanpa pemakaian kondom
b.    Mereka yang berganti-ganti pasangan seksual
c.    Mereka yang ganti-ganti jarum suntik atau alat-alat lain yang kontak dengan cairan tubuh dengan orang lain
d.   Mereka yang memperoleh transfusi darah yang tidak di tes HIV
e.    Ibu hamil yang terinfeksi virus HIV akan menularkannya ke bayi dalam kandungannya
3.    Perjalanan Infeksi HIV/AIDS
Masa inkubasi HIV atau masa laten, sangat tergantung pada daya tahan tubuh masing-masing orang, rata-rata 5-10 tahun. Selama masa ini orang tidak memperlihatkan gejala-gejala, walaupun jumlah HIV semakin bertambah dan semakin rusak fungsi kekebalan tubuh. Pada waktu system kekebalan tubuh sudah dalam keadaan parah, ODHA (orang dengan HIV/AIDS) akan mulai menampakkan gejala-gejala AIDS.
1)   Masa jendela (window period)
Infeksi dimulai dengan masuknya HIV dan diikuti dengan perubahan serologic. Ketika antibody terhadap virus tersebut dari negative berubah menjadi positif. Rentang waktu sejak HIV masuk ke dalam tubuh sampai tes antibody terhadap HIV menjadi positif.
Lama window period antara 1-3 bulan, bahkan ada yang berlangsung 6 bulan.
Pada masa jendela, sekitar 50-90% orang yang terinfeksi HIV menunjukkan sindrom retroviral akut berupa demam,pembesaran kelenjar, pembesaran hati atau ginjal, nyeri tenggorok, nyeri otot, dsb seperti pada infeksi virus lain.
2)   Masa tanpa gejala (asimptomatik)
Asimptomatik berarti di dalam tubuh terdapat HIV tetapi tubuh tidak menunjukkan gejala-gejala. Keadaan ini pada umumnya bila tanpa pengobatan, perjalanan penyakit dari infeksi HIV sampai AIDS dapat berlangsung rata-rata 5-10 tahun
3)   Pembesaran Kelenjar Limfe
Masa ini ditandai dengan pembesaran kelenjar limfe secara menetap dan merata, tidak hanya pada satu tempat yang berlangsung lebih dari 1 bulan
4)   Gejala Klinis AIDS
Keadaan ini disertai adanya bermacam-macam penyakit, antara lain penyakit konstitusional, penyakit syaraf, dan penyakit infeksi sekunder.
Sekitar sepertiga bayi yang mengidap HIV akan menjadi AIDS dalam usia satu tahun pertama. Adapun gejala AIDS pada bayi dan anak adalah sebagai berikut :
1)        Gangguan pertumbuhan
2)        Infeksi bakteri berulang yang serius
3)        Diare kronik
4)        Pembesaran kelenjar di leher
5)        Pembesaran kelenjar limpa
6)        Sariawan berulang
7)        Penyakit berulang
Gejala klinis pada orang dewasa ialah jika di dapat 2 dari 3 gejala utama dan 1dalam 5 gejala minor.
Gejala utamanya:
1)        Demam berkepanjangan lebih dari 3 bulan
2)        Diare kronis lebih dari 1 bulan berulang maupun terus-menerus
3)        Penurunan berat badan lebih dari 10% dalam 3 bulan
Gejala minornya adalah :
1)        Batuk kronis selama lebih dari 1 bulan
2)        Infeksi pada mulut dan tenggorokan, yang disebabkan oleh jamur Candida Albicans
3)        Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh
4)        Munculnya Herpes Zoster berulang
5)        Bercak-bercak gatal di seluruh tubuh
Sebagai indicator penyakit AIDS bila didapatkan Sarcoma Kaposi atau Pneumonia Pnemosistis Carini.
4.    Cara Pencegahan HIV/AIDS
a.    Abstinensia, tidak melakukan hubungan seksual di luar nikah
b.    Terikat hanya dalam hubungan seksual yang sah (suami-istri), dan setia
c.    Menggunakan kondom, terutama kelompok resiko tinggi seperti pekerja seks komersial
d.   Sedapat mungkin menghindari transfusi darah yang belum di skrining
e.    Menggunakan alat-alat medis dan non-medis yang terjamin steril
5.    Cara mendeteksi HIV/AIDS
Dengan melakukan tes-tes darah sesuai tahapan perkembangan penyakitnya. Untuk mendeteksi adanya antibody terhadap virus HIV, yang berarti ada virus HIV dalam tubuh, dilakukan tes darah dengan cara elisa sebanyak 2 kali.
Kemudian bila hasilnya positif, dilakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan cara “Western Blot atau Immunofluoresensi”
6.    Mitos-mitos seputar HIV/AIDS di masyarakat
a.    Interaksi sosial dengan penderita HIV/AIDS akan membuat kita tertular penyakitnya.
b.    Bersalaman, menggunakan WC yang sama, tinggal serumah, menggunakan sprei yang sama dengan menderita HIV/AIDS dapat membuat kita tertular


BAB III
PENUTUP

A.      SIMPULAN
1.      Pengetahuan remaja tentang tanda atau gejala, bahaya yang ditimbulkan, cara penularan dari PMS dan HIV/AIDS meningkat.
2.      Pengetahuan remaja tentang upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan dari PMS dan HIV/AIDS meningkat.
B.       SARAN
1.      Untuk meningkatkan pengetahuan remaja tentang kesehatan dan permasalahannya, terutama mengenai PMS dan HIV/AIDS perlu kiranya sering diadakan penyuluhan-penyuluhan dengan tema remaja dan berbagai macam permasalahannya dengan melibatkan semua pihak.
2.      Bagi remaja atau siswa yang sudah dilakukan kegiatan penyuluhan perlu kiranya berbagi informasi dengan remaja atau siswa lain, agar mereka sama-sama mengerti dan paham serta bisa lebih membentengi dirinya sejak dini dari pengaruh buruk lingkungan.


   
DAFTAR PUSTAKA

1.                  BKKBN Jawa Tengah. 1999. Kesehatan Reproduksi Remaja. Buku Pegangan.
Semarang: Penerbit BKKBN Propinsi Jawa Tengah.
2.                  Budiyanto. 1993. AIDS dan Anda. Jakarta: Penerbit Arcan.
3.                  Info Sekitar AIDS, HIV, dan IMS. PKBI Jawa Tengah.

4.                  Puskesmas Batangan. 2013. POA Program Promosi Kesehatan