Jumat, 13 Mei 2011

SAVE OUR GENERATION


Sering kita melihat dan mendengar di pemberitaan-pemberitaan baik di media cetak maupun elektronik mengenai kenakalan remaja, penyalahgunaan narkoba, free sex, pencabulan anak di bawah umur, dll yang dilakukan remaja. Kasus semacam ini bagaikan fenomena gunung es, bahkan yang sangat memprihatinkan adalah ada anak-anak di bawah umur baik sebagai pelaku maupun korban.

Generasi muda adalah harapan bangsa. Di pundak merekalah beban pembangunan bangsa kan berkelanjutan. Tapi jika para generasi muda kita dililit dengan masalah-masalah tersebut bagaimanakah nasib bangsa kita?

Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menuju dewasa, dimana mereka sedang berproses mencari jati diri. Untuk itu peran orang dewasa sebagai role model menjadi sangat penting, karena kebanyakan remaja sering mengidolakan dan memproyeksikan pikiran, sikap, dan perilaku mereka dalam kehidupan sehari-hari. Disini, lingkungan ikut berperan dalam membentuk karakter remaja. Lingkungan keluarga, masyarakat, sekolah menjadi faktor penentu keberhasilan remaja dalam proses pencarian jati dirinya. Untuk itu, diharapkan orang-orang dewasa di lingkungan sekitar remaja haruslah memberikan tauladan yang baik bagi perkembangan jiwa mereka.

Pendidikan yang berkarakter dan holistic sangat diperlukan remaja, karena diharapkan mampu membentengi remaja dari hal-hal yang merusak diri mereka. Pun, perlu juga adanya kerjasama semua pihak mulai dari orang tua, guru dan masyarakat lingkungan sekolah serta lingkungan pergaulan remaja, dan juga para penentu kebijakan dengan memfasilitasi kegiatan-kegiatan yang bermanfaat dan positif bagi perkembangan jiwa remaja, misalnya : KIR (Karya Ilmiah Remaja), Kelompok KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja), Pramuka, Pengajian Remaja Masjid, dll. Bisa juga melalui kegiatan olah raga, seperti : futsal, sepak bola, basket, dll.

Selain melalui kegiatan-kegiatan tersebut, para remaja semestinya dibekali mengenai pengetahuan mengenai pendidikan kesehatan, seperti : Kesehatan Reproduksi, Napza  (Narkoba, Psikotropika, dan Zat Adiktif), bahaya rokok, perkembangan remaja dan permasalahannya, Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) dan HIV/AIDS, dll. Bisa melalui konseling dengan guru BP di sekolah atau bekerja sama dengan pihak Puskesmas. Bahkan sekarang, di Puskesmas juga melayani konseling KDRT, Kenakalan Remaja, dan Narkoba sebagai wujud pusat pembangunan berwawasan kesehatan yang menekankan pelayanan di bidang promotif dan preventif serta pemberdayaan masyarakat.

Remaja adalah generasi muda penerus bangsa. Mari kita bersama-sama menjaga dan melindungi mereka dari jeratan bahaya narkoba, kenakalan remaja, free sex, dll. Karena kita tidak mungkin membiarkan generasi yang lemah dan terbelakang bukan? Dengan semangat tinggi kita harus yakin bahwa para generasi muda sekarang adalah tunas bangsa yang mumpuni untuk melanjutkan pembangunan bangsa. Jadi, wahai para generasi muda harapan bangsa siapkah diri Anda?
 
Notes :
Hasil renungan terhadap pergaulan remaja di era modern.

DESAKU ADALAH DESA SIAGA


Sejak dikembangkannya Desa atau Kelurahan Siaga pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2009 telah terbentuk 42.295 (56,1 %) dari 75.410 Desa dan Kelurahan se-Indonesia. Namun demikian, belum semua Desa dan Kelurahan Siaga mencapai kondisi Desa dan Kelurahan Siaga Aktif yang sesungguhnya. Mengapa demikian? Mungkin dikarenakan berbagai faktor kendala yang ditemui dalam pelaksanaan pengembangan desa siaga, baik dari kondisi di lapangan maupun oleh para penentu kebijakan sendiri. Padahal kalau dicermati secara seksama program Desa Siaga ini begitu luar biasa dan merupakan salah satu upaya terobosan atau strategi yang memiliki daya ungkit untuk menggerakkan dan memberdayakan masyarakat sebagai tahapan menuju Desa Sehat. Dengan adanya Desa Siaga diharapkan masyarakat memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Tetapi, setelah hampir lima tahun berjalan, bagaimanakah kabar pelaksanaan Desa Siaga? Sudahkah ada dampak dari dilaksanakannya Desa Siaga?

Yang melatarbelakangi dikembangkannya Desa Siaga khususnya di Jawa Tengah, antara lain adalah masih tingginya angka kematian ibu dan bayi, masih adanya kasus gizi buruk di berbagai wilayah, tingginya berbagai kasus penyakit menular seperti demam bedarah; malaria; tuberculosis paru; HIV/AIDS, meningkatnya penyakit tidak menular, munculnya penyakit baru seperti SARS dan flu burung, serta adanya Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit maupun keracunan makanan masih sering terjadi di Jawa Tengah.

Desa siaga adalah suatu kondisi masyarakat di tingkat desa atau kelurahan yang memiliki kesiapan sumber daya potensial dan kemampuan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawatdaruratan kesehatan secara mandiri. Inti kegiatan Desa Siaga adalah memberdayakan masyarakat. Pemberdayaan sebagai upaya fasilitasi yang bersifat persuasif dan tidak memerintah (non instruktif) melalui proses pembelajaran yang terorganisasi untuk menumbuhkan respons yang terkoordinasi dengan baik.

Berbagai masalah kesehatan yang muncul di masyarakat karena perilaku yang kurang sehat, pengelolaan lingkungan yang kurang mendukung kesehatan, akses dan kualitas pelayanan kesehatan yang belum optimal, serta keterpaduan pengelolaan pembangunan kesehatan baik oleh pemerintah maupun masyarakat belum optimal. Peran aktif masyarakat sangat penting untuk merubah perilaku yang kurang mendukung kesehatan masyarakat menuju perilaku hidup bersih dan sehat, dan ikut serta mengelola dan menjaga lingkungan. Selain itu diharapkan masyarakat mampu melaksanakan dan meningkatkan berbagai upaya kesehatan termasuk deteksi dini masalah kesehatan di masyarakat.

Pengembangan desa menuju Desa Siaga, perlu upaya fasilitasi untuk mendorong masyarakat sadar, mau, dan mampu serta peduli dalam mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan, seperti : kurang gizi, penyakit menular dan tidak menular, kejadian bencana, kecelakaan, dan deteksi dini masalah kesehatan, termasuk kejadian luar biasa. Peningkatan kepeduliaan dan kesiapsiagaan masyarakat, dengan memanfaaatkan potensi setempat, serta mendorong kebersamaan masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan secara dini, menuju desa sehat secara mandiri.

Mari kita bekerjasama, bahu-membahu dengan keikhlasan dan kerendahan hati menjadikan desa kita Desa Siaga, karena jika lingkungan kita sehat akan tercipta Desa Sehat, Kecamatan Sehat, Kabupaten Sehat, Propinsi Sehat, dan Negara Sehat. Bersama kita bisa perperan aktif dalam pembangunan bangsa dengan memulai dari pembangunan di bidang kesehatan. Hal yang sederhana yang kita lakukan sekarang akan berdampak yang luar biasa di masa yang akan datang. Selamat berjuang!


Referensi :
1.        Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah. 2010. Pedoman Pelaksanaan Desa Siaga.
2.        Pusat Promosi Kesehatan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2010. Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif.

PROMOSI KESEHATAN TENTANG BAHAYA ROKOK

ROKOK dan KAMPANYE BAHAYA ROKOK

Rokok lagi…rokok lagi…dimana-mana ada asap rokok. Kapan sich lingkungan ini terbebas dari asap rokok? Gerutuku setiap hari. Di bis, bahkan di tempat kerjaku yang notabene adalah instansi kesehatan. Padahal banyak poster, selebaran yang mengkampanyekan tentang bahaya rokok. Tapi kok masih saja pada merokok?

Rokok…rokok…dan rokok, banyak pendapat pro dan kontra tentang rokok. Dari segi ekonomi, rokok bisa sangat menguntungkan, selain pajak cukainya juga karena bisa mengurangi pengangguran bahkan mampu meningkatkan ekonomi keluarga. Bisa dibayangkan jika pabrik rokok ditutup? Pastinya akan sangat berpengaruh pada perekonomian masyarakat bahkan Negara. Nah, sebagai seorang promotor kesehatan, tentunya akan melihat dari segi kesehatan. Dimana rokok sangat berbahaya dan mengganggu kesehatan. Banyak bahan-bahan berbahaya yang terkandung di dalam rokok, terutama tar dan nikotin. Bahkan banyak penelitian yang menyebutkan bahaya rokok, terutama bagi ibu hamil, tetapi tetap saja banyak yang masih merokok. Bahkan tidak kenal usia, tempat, dan waktu.

Ada kewajiban moril sebagai seorang promotor kesehatan untuk ikut mengkampanyekan tentang bahaya rokok. Misalnya, dengan penyuluhan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) dalam Tatanan Rumah Tangga yang salah satu indikatornya adalah tidak merokok di dalam rumah. Hal ini dirasa cukup efektif dan efisien karena anggota rumah tangga merupakan asset utama dalam pemberdayaan masyarakat. Kampanye untuk tidak merokok bisa dimulai dari tatanan rumah tangga dengan slogan “Jadikan Rumah Kita Bebas Asap Rokok” agar anggota keluarga terhindar dari bahaya 4000 racun rokok.

Pada tahap awal, dilakukan pendataan antara perokok aftif dan yang menggunakan tembakau (menyirih) berdasarkan : jenis kelamin, jenis dan jumlah rokok yang dihisap, dan jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membeli rokok. Kemudian dicarikan solusi tentang pencegahan dan pengendalian penggunaan tembakau dan rokok, misalnya dengan cara :  (1) berhenti seketika, (2) perokok menunda mengisap rokok pertama 2 jam setiap hari sebelumnya dan selama 7 hari berturut-turut, dan (3) mengurangi jumlah rokok yang diisap setiap hari. Tentunya hal ini harus didukung oleh semua pihak, terutama para penentu kebijakan, yaitu dengan membantu mengembangkan upaya-upaya peningkatan kesehatan bersumberdaya masyarakat, seperti : kawasan tanpa rokok di RT, RW, dan Balai Desa, meningkat ke tatanan yang lebih tinggi bahkan nasional. Dilanjutkan dengan melakukan monitoring dan evaluasi terhadap penerapan kebijakan/peraturan adanya kawasan tanpa rokok, pelaksanaan kegiatan pencegahan dan pengendalian masalah merokok khususnya di rumah tangga.

Semua akan menjadi rancu jika petugas kesehatan yang merupakan ujung tombak pembangunan berwawasan kesehatan menjadi tauladan yang buruk dengan merokok sembarangan bahkan di kawasan lingkungan tempat kerjanya. Apalagi di tempat-tempat tersebut sudah ditempeli poster-poster besar bahaya rokok. Setiap saat, bahkan di bungkus rokok pun ada peringatan tentang bahaya rokok, tetapi masih saja banyak yang merokok. Mungkin hal ini disebabkan, misalnya : faktor budaya dan kebiasaan masyarakat, faktor iklan rokok lebih artristik dibandingkan dengan iklan peringatan bahaya rokok, faktor gaya hidup, dll. Sebagai seorang petugas kesehatan haruslah menjadi tauladan yang baik dalam mengkampanyekan bahaya rokok, misalnya dengan memulai dari diri sendiri untuk tidak merokok di tempat kerja atau mungkin ada sanksi tegas bagi petugas kesehatan yang ketahuan merokok di tempat kerja.

Sekarang tinggal bagaimana diri kita dalam mensikapinya. Apakah kita akan mempertaruhkan kesehatan kita demi menuruti budaya dan gaya hidup merokok atau hidup sehat tanpa rokok? Semua tergantung dari pilihan hidup Anda. Karena kesehatan merupakan investasi. Sedini mungkin kita musti menjaga anugerah yang diberikan Allah yang berupa kesehatan dengan menjauhi hal-hal yang merusak tubuh dan kesehatan kita. Nah, bagaimana dengan Anda?       


Referensi :
Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. 2009. Panduan Peningkatan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga Bagi Petugas Puskesmas.